Manusia saat terlahir di dunia umumnya belum mempunyai konsep apapun dalam benaknya, itulah mengapa seorang bocah dikatakan masih putih dan polos karena memang masih belum mengerti apa itu baik, apa itu buruk, dan juga masih belum mempunyai nafsu duniawi apapun, selain nafsu dasar alaminya, misalnya ingin minum karena haus, atau makan karena lapar, tak ada dalam benaknya untuk meminta lebih, menyakiti atau merugikan orang lain.
Setelah seorang bocah beranjak besar dan menjadi dewasa, maka akan bertambah konsep yang mementingkan kepentingan pribadi dalam benaknya. Konsep-konsep yang dia terima di sepanjang perjalanan hidupnya membentuk karakter dalam dirinya. Jika sepanjang hidupnya diajarkan kebaikan maka akan terbentuk manusia yang berkarakter baik, namun jika yang diajarkan adalah bagaimana agar hidup enak, kaya raya, terkenal dan sebagainya, maka akan terbentuk manusia yang berkarakter ambisius dan egois yang mementingkan kepentingan pribadi dan menghalalkan segala cara demi mewujudkan ambisinya.
Seseorang yang diajarkan pemahaman yang bersifat dogmatis, seolah-olah apa yang diterima adalah yang terhebat, paling benar, dan tak terbantahkan, maka sepanjang hidupnya orang tersebut seperti seekor katak dalam tempurung, tidak ada peningkatan apapun karena sudah merasa paling baik dan paling benar. Jika pemahaman awal yang diperoleh sudah menyimpang maka selamanya dia akan melakukan hal-hal yang menyimpang karena tolok ukur yang dipakai sejak awal juga sudah menyimpang. Dia sudah tidak tahu bahwa di dunia ini tidak sesempit yang dia duga, dan masih banyak hal melebihi apa yang dia pahami, juga karena hanya sedikit yang dia ketahui, maka dia sudah tidak tahu bahwa langit ini luasnya tanpa batas dan berlapis-lapis, seperti pepatah "di atas langit masih ada langit."
Banyak orang karena sudah terpaku pada konsep awal yang dipunyai, maka menjadi sering menyalahartikan suatu istilah atau nama tertentu, semata-mata karena tidak tahu dan tidak mau tahu tentang hal yang sebenarnya karena kekhawatiran akan hilangnya atau melemahnya konsep yang selama ini dia akui paling benar dan paling hebat. Sebagai contoh, setiap saya bercerita dan menyebut nama Budha, orang akan mengira saya beragama Budha, atau ketika saya menyebut dan bercerita tentang Tuhan Yesus orang mengira saya beragama Kristen/Katolik. Padahal kata-kata tersebut adalah kata-kata umum yang siapa saja boleh menyebut dan memperbincangkan sepanjang itu mempunyai konotasi sebagai pengetahuan.
Kata “Budha” adalah dari bahasa India kuno yang berarti orang yang telah memperoleh kebijakan/kesadaran melalui kultivasi, dalam bahasa kita mungkin menyebutnya sebagai “Orang Suci” dalam agama disebut sebagai “Nabi.” Semua ini cuma masalah perbedaan bahasa sehingga muncul istilah-istilah yang berbeda pula, meski sebenarnya mempunyai pengertian yang sama.
Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para pembawa ajaranya, sebelum menjadi agama seperti sekarang ini, waktu itu semua bertujuan untuk membimbing manusia kembali ke asal atau ke surga. Namun sekarang manusia sudah tidak dapat memahaminya secara sungguh-sungguh, karena pemikiran manusia modern telah berubah jadi sangat rumit, ada yang memahaminya secara begini maupun begitu, semuanya adalah dipahami dengan menggunakan perasaan dan kepentingan realistis, kandungan makna yang sesungguhnya bisa jadi malah sudah tidak dimengerti oleh manusia.
Hal yang sering saya temui saat seseorang membaca buku Zhuan Falun, pada awalnya disaat mereka menemukan kata atau istilah Buddha, mereka sudah tidak mau lagi melanjutkan membacanya. Karena ada istilah dan nama Buddha dikiranya adalah buku agama Buddha, padahal istilah dan nama Buddha tidak sama dengan agama Buddha. Yang amat disayangkan adalah hanya karena mempunyai konsep yang keliru tersebut menyebabkan terhentinya membaca buku Zhuan Falun. Buku Zhuan Falun adalah buku yang paling populer di ratusan negara. Buku yang benar-benar membimbing dalam berkultivasi, mengubah manusia ke kondisi paling sempurna dari fisik maupun kejiwaannya.
Buku Zhuan Falun sangat berharga, karena dia adalah sebuah buku untuk kultivasi. Maha Hukum yang sangat serius, yang dapat membimbing manusia mencapai kesempurnaan. Bahkan banyak yang sudah bisa melihat bahwa setiap hurufnya berwarna-warni dan berkilauan seperti emas.
Makna yang terkandung di dalam buku Zhuan Falun adalah sangat tinggi dan mendalam. Pertama kali membacanya hanya berupa dalil yang menghendaki manusia bagaimana menjadi orang baik, ketika membaca untuk kedua kalinya akan menemukan buku ini bukan lagi hal seperti yang dianggap semula, untuk yang ketiga kalinya akan menemukan dia benar-benar buku untuk kultivasi, bila dibaca lebih lanjut akan menemukan dia benar-benar sebuah buku langit yang mampu mengungkap segala misteri alam semesta, rahasia dari segala rahasia langit, juga tidak bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang paling modern sekalipun. Dan rahasia langit itu hanya bisa dimengerti oleh orang yang benar-benar berkultivasi sejati, bukan oleh orang yang hanya sekedar ingin mencari dan mendengar teori.